Kata Mutiara Kehidupan di “When Life Gives You Tangerine”

Belajar tentang kehidupan dari kata mutiara kehidupan drama korea : When Life Give You Tangerines
SEO Writer Avatar

Ada yang sudah menonton drama Korea yang sedang naik daun, When Life Gives You Tangerine? Drama berlatar tahun 1950-an dengan alur maju-mundur, tidak membuat penonton jenuh untuk terus menanti setiap episodenya. Bahkan, hampir di setiap episode dengan total 16 episode, selalu terselip kata mutiara kehidupan yang membuat penonton meneteskan air mata. Diperankan dengan sangat baik oleh aktris dan aktor kawakan Korea: IU, Park Bo-Gum, Park Hae-Joon, dan Moon So-Ri. IU sebagai peran utama juga mampu memerankan dengan sempurna dua karakter sekaligus, Oh Ae-Sun dan anaknya, Yang Geum-Myeong.

When life gives you tangerine

Tidak hanya pemerannya yang mampu memainkan karakter masing-masing dengan sangat baik. Naskah ceritanya juga sangat sarat akan pesan kehidupan. Keseluruhan cerita berkisah tentang cinta yang tulus, perjuangan hidup ayah dan ibu, dan hubungan dengan mertua ataupun besan. Terselip juga tentang problematika anak-anak dan suka-duka menjalani kehidupan yang penuh dengan persoalan. Kisahnya sendiri diawali oleh Ae-Sun, anak yatim yang hidup bersama keluarga paman dan neneknya. Ibunya menikah lagi setelah ayahnya meninggal dunia. Ibunya adalah seorang Haenyeo, penyelam tradisional wanita yang mengumpulkan kerang dan rumput laut. Kehidupan penuh air mata Ae-Sun dimulai setelah ibunya meninggal. Hanya ada Yang Gwan-Sik yang menemani dan menyukai dia sejak umur 10 tahun. Ketika mendengar kata mutiara kehidupan yang diucapkan karakter, penonton terhanyut ke dalam cerita yang mampu membuat air mata menetes.

Ae-Sun menikah dengan Gwan-Sik dan hidup di rumah keluarga suaminya. Ae-Sun tidak begitu disukai oleh ibu mertua dan keluarga suaminya. Gwan-Sik selalu berpesan, dia akan mengambil tindakan ketika Ae-Sun memberi aba-aba. Saat masih hidup, ibu Ae-Sun menyampaikan berkali-kali untuk tidak menjadi seorang Haenyeo. Suatu kali, nenek Gwan Sik melakukan ritual untuk mempersiapkan putri pertama Ae-Sun menjadi seorang Haenyeo. Ae-Sun marah dan membalikkan meja ritual, ibu Gwan-Sik menamparnya, nenek Gwan-Sik mengusirnya. Gwan-Sik datang membela Ae-Sun, mereka kemudian keluar dari rumah tersebut dan hidup mengontrak. Punya suami yang membela istri dihadapan orang tua dan keluarganya memang langka! Padahal, seorang wanita menikah memang untuk hidup bersama suami bukan menjadi menantu mertua. Geum-Myeong pun ketika mempunyai tunangan yang anak mama menegaskan: “Kau harus memilih akan menjadi suamiku atau anak yang berbakti.” Pada akhirnya, Geum-Yong tidak jadi menikah dengan tunangannya tersebut karena tidak dapat memilih sikap, menjadi suami atau anak mama.

Istri menikah bukan untuk menjadi menantu ibu mertua tetapi hidup bersama suami

Sepanjang hidup Ae-Sun, Gwan-Sik selalu berusaha menepati janjinya akan membuat Ae-Sun bahagia. Di awal hubungannya dengan Ae-Sun, Gwan Sik tidak pernah berjanji memberikan bulan dan bintang untuk Ae-Sun. Mendekati akhir hidupnya, dia memastikan Ae-Sun berbahagia: “Apakah kau bahagia?” “Ya, aku sangat, sangat, sangat bahagia!” Mengusahakan hidup yang berkecukupan dalam pernikahan memang patut dilakukan. Tetapi, memastikan pasangan bahagia menjalani kehidupan pernikahan tidak kalah penting untuk selalu diingat. Kata-kata ini bukan sekedar kata mutiara kehidupan saja, tetapi juga harta dalam pernikahan.

Apakah kau bahagia?

Seluruh pulau Jeju tahu mengenai kisah cinta Gwan-Sik yang begitu besar kepada Ae-Sun sejak dulu. Ketika Ae-Sun kecil bercita-cita menjadi menjadi Presiden, Gwan-Sik bercita-cita menjadi Ibu Negara. Begitu besar cinta Gwan-Sik pada Ae-Sun, sampai rela menambahkan satu ekor ikan croaker ke pesanan paman Ae-Sun. Hal ini karena Ae-Sun tidak pernah diberikan lauk ikan setiap makan: “Kenapa paman selalu memesan 5 ekor ikan padahal ada 6 orang di rumah.” Gwan-Sik mencintai Ae-Sun sedemikian besar karena Ae-Sun menghormati Gwan-Sik sama besarnya dengan cintanya. Ini adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan suami-istri. Istri ingin disayangi, suami ingin dihormati. Suami akan sayang jika dihormati, istri akan hormat jika disayangi. Kata mutiara kehidupan yang tersampaikan pada drama tentang hal ini adalah ketika Ae-Sun menyakinkan Gwan-Sik ketika mereka pindah ke apartemen kecil karena rumah mereka dijual untuk biaya kuliah Geum-Myeong ke Jepang. “Mau tinggal di rumah petak atau rumah mertua, selama bersamamu itulah rumahku.”

Hubungan timbal balik suami dan istri

Ada salah satu scene flashback ketika Yang Eun-Myeong, anak kedua Ae-Sun ditangkap polisi dan masuk penjara. Ae-Sun muda mengatakan kepada Gwan-Sik bahwa ketakutan terbesar dia adalah menjadi seorang ibu. Apakah anaknya nanti akan mengatakan dia ibu yang baik. Ketika Geum-Myeong kesulitan mengurus anaknya, cucu Ae-Sun, dia meminta bantuan Ae-Sun untuk mengurus anaknya. Geum-Myeong bertanya kepada ibunya, bagaimana dia bisa mengurus 3 anak di usia yang masih muda. Ae-Sun menjelaskan bahwa tidak ada yang langsung sempurna menjadi seorang ibu. Menjadi seorang ibu adalah pelajaran dan perjalanan hidup yang membutuhkan waktu yang panjang. Seiring anak bertumbuh, seorang ibu juga akan bertumbuh. Bahkan, di salah satu scene ada kata mutiara kehidupan yang juga menarik untuk dikutip: “Dibutuhkan satu desa untuk membesarkan seorang anak.”

Kata mutiara kehidupan tentang beratnya menjadi seorang ibu

Sepanjang kehidupan pernikahan Ae-Sun dan Gwan-Sik, selama 16 episode, kehidupan mereka penuh dengan lika-liku. Pada titik terendah dimana mereka menjual rumah, kapal, seluruh anggota keluarga tidak bekerja karena krisis IMF, bahkan ditipu oleh makelar ruko, mereka tetap semangat menjalani hidup. Malam pergantian tahun baru 2000, Gwan-Sik merasa kasihan dengan hidup Ae-Sun yang penuh rintangan karena menikah dengannya. Tetapi Ae-Sun menjawab bahwa, titik terendah dalam kehidupan sudah mereka alami. Tidak ada lagi yang mereka takutkan dalam hidup. Ae-Sun yakin akan ada masa dimana hidup mereka akan naik dan lompat. “Bahkan seekor kucing saja, sebelum melompat dia akan mengecilkan badannya.” Sungguh sebuah kata mutiara kehidupan yang membangkitkan semangat penonton untuk terus menjalani hidup yang penuh perjuangan.

Kata mutiara kehidupan untuk perjuangan hidup

Share scene kesukaan kalian di drama When Life Gives You Tangerine di kolom komentar, ya! Jangan lupa juga untuk saksikan film-film menarik lainnya melalui aplikasi Netflix yang bisa kamu tonton kapan saja dan dimana saja.

Baca Juga : 5 Rekomendasi Film Netflix 2025 yang Wajib Ditonton!

Tagged in :

SEO Writer Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Artikel Lainnya

Tentang

Journalic

Menyajikan berita, analisis, dan kasus menarik seputar bisnis, teknologi, digital marketing, media sosial, startup, dan pop culture. Temukan insight terbaru dan tetap terdepan dalam tren industri.