Belakangan ini, topik soal mental Illness memang lagi rame jadi pembahasan di media sosial. Tapi kalian pernah bingung ga sih apa bedanya stress biasa dengan mental illness? Meski tampak serupa ternyata keduanya beda banget! Dari arti, dampat dan cara ngedepinnya juga memerlukan pendekatan yang berbeda!
Buat kamu yang masih bingung diantara keduanya,yuk kita bahas!

Apa Itu Stress Biasa?
Stress itu sebenarnya hal yang normal banget. Ini adalah respon alami tubuh kita saat menghadapi tekanan—entah itu dari tugas kampus numpuk, kerjaan yang nggak kelar-kelar, drama keluarga, atau bahkan hal kecil kayak macet pas lagi buru-buru.
Secara ilmiah, stress muncul saat otak merasa ada “ancaman” atau tuntutan, terus ngasih sinyal ke tubuh buat siap-siap—fight or flight mode istilahnya. Jadi, wajar banget kalau kamu pernah (atau sering) ngerasa cemas, tegang, atau overthinking dalam situasi tertentu.
Jadi yang perlu diingat: Stress biasa itu bukan mental Illness
Semua orang pasti pernah ngerasain stress, dan itu bagian dari kehidupan. Selama masih bisa diatasi dan nggak terlalu mengganggu aktivitas harian, itu belum masuk kategori mental illness.
Tantangannya adalah saat stress dibiarkan terlalu lama tanpa dikelola dengan baik, bisa jadi pintu masuk ke masalah yang lebih serius. Makanya, penting banget buat belajar kenal sinyal tubuh dan tahu kapan harus istirahat.
Terus,
Apa Itu Mental Illness?
Mental illness atau gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Menurut WHO, mental illness bisa berdampak serius pada kemampuan seseorang buat menjalani kehidupan sehari-hari—mulai dari kerja, sekolah, sampai berinteraksi sosial.
Kalau menurut Kemenkes RI, gangguan mental adalah perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan penderita mengalami gangguan dalam cara berpikir, emosi, maupun perilaku. Artinya, ini bukan sekadar “mood jelek” atau “lagi sensitif aja”—tapi kondisi medis yang nyata dan butuh penanganan serius.
Beberapa contoh mental illness yang umum di sekitar kita:
- Depresi (ngerasa sedih terus-menerus, kehilangan minat hidup)
- Gangguan kecemasan (anxiety disorder)
- Bipolar disorder (perubahan mood ekstrem antara depresi dan mania)
- Skizofrenia (gangguan persepsi realita, halusinasi, delusi)
Terus, apa penyebabnya?
Nggak sesimpel “kurang ibadah” atau “nggak bersyukur”, ya. Penyebab mental illness bisa kompleks banget, misalnya:
- Faktor biologis (misalnya ketidakseimbangan hormon atau zat kimia di otak)
- Faktor genetik (ada riwayat gangguan mental di keluarga)
- Lingkungan sosial (toxic relationship, bullying, tekanan sosial)
- Trauma masa lalu (kekerasan, kehilangan, atau pengalaman buruk lainnya)
Mental illness bisa dialami siapa pun, tanpa pandang usia, status sosial, atau seberapa “kelihatan bahagia”-nya orang itu dari luar. Dan yang paling penting: ini bukan aib, tapi bagian dari kondisi kesehatan yang sah-sah aja buat dibicarakan dan ditangani.
Perbedaan Mental Illness dengan stress biasa
Jadi dari apa yang kita dapetin diatas, kalian udah bisa nebak apa bedanya Mental illness dengan stress biasa? Perbedaan keduanya terletak pada
- Durasi,
jika stress berlangsung sementara dan cepat mereda, Mental Illness bisa berlangsung lama, dari mingguan, bulanan, bahkan hingga bertahun-tahun dan seringkali datang tanpa pemicu yang jelas.
- Intensitas
Stress memang membuat mu tidak nyaman, namun kamu masih bisa berfungsi, sedangkan mental illness melumpuhkan-mu untuk berfungsi, kamu kehilangan motivasi, sulit tidur, susah fokus, bahkan merasa nggak sanggup bangun dari kasur.
- Gejala
Stress biasanya cuma sementara dan langsung terasa, seperti jantung berdebar, kepala mumet, perasaan tegang, tapi untuk Mental Illness punya gejala yang lebih kompleks dan konsisten, kayak perasaan hampa terus-menerus, pikiran negatif ekstrem, halusinasi, atau perubahan perilaku drastis.
Terus bagaimana penanganan-nya?
Mental illness itu nyata, dan bisa dialami siapa saja. Tapi kabar baiknya—kondisi ini bisa ditangani. Kuncinya adalah kenali sinyal-sinyalnya sejak awal.
Kalau perasaan cemas, sedih, atau hampa berlangsung lebih dari dua minggu, jangan anggap enteng. Apalagi kalau sudah mengganggu rutinitas harian, bikin kamu menarik diri dari lingkungan, atau muncul pikiran menyakiti diri sendiri. Itu saatnya cari bantuan.
Penanganan-nya bukan cuma soal “kuat-kuatan mental”, tapi soal dukungan yang tepat. Mulai dari self-care, pola hidup sehat, hingga bantuan profesional—semuanya penting. Kamu bisa mulai dari hal sederhana: tidur cukup, makan teratur, olahraga, dan tetap terhubung dengan orang yang kamu percaya.
Dan kalau butuh bantuan lebih lanjut, sekarang nggak perlu bingung harus ke mana. Di Halodoc, kamu bisa konsultasi langsung dengan psikolog atau psikiater terpercaya, cukup lewat HP. Tanpa harus antre, tanpa ribet, dan bisa kamu akses kapan saja.

Jangan tunggu sampai keadaan memburuk!
Buka aplikasi Halodoc sekarang dan mulai konsultasi dengan tenaga ahli kesehatan jiwa.
Kunjungi juga website Halodoc disini
Halodoc—Sahabat Sehat, Kapan Saja, di Mana Saja.
Baca juga Kesehatan Mental yang baik untuk kaum remaja dan dewasa
penulis: Chevyco JCDM-2502
Leave a Reply