
Pendahuluan
Punya banyak ide konten tapi bingung eksekusinya? Di sinilah content calendar berperan penting. Dengan perencanaan ini, kamu bisa mengatur ide konten, tema, format, dan jadwal posting supaya strategi marketing lebih konsisten serta terarah.
Namun sebelum menyusun kalender, tentukan dulu objektif. Apakah kamu ingin meningkatkan brand awareness, menghasilkan leads, atau mengedukasi audiens? Dengan mengetahui objektif sejak awal, kamu akan lebih mudah memilih content pillar dan content mix yang sesuai dengan kebutuhan bisnismu.
1. Tentukan Objektif di Awal
Langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah menentukan objektif. Ini penting karena objektif merupakan fondasi dari strategi konten.
Sebagai gambaran:
- Brand Awareness → fokus pada edukasi & storytelling
- Engagement → fokus pada konten interaktif & shareable
- Lead Generation → fokus pada konten yang mengarahkan ke CTA
Dengan objektif yang jelas, setiap tema, pilar, dan format konten akan saling mendukung sehingga tujuan bisnis bisa tercapai lebih efektif.ma.
2. Tentukan Content Themes
Langkah berikutnya adalah menentukan content themes, yaitu topik besar yang akan menjadi kerangka ide konten untuk content calendar.
Sebagai contoh, untuk bisnis fashion kamu bisa menggunakan:
- Inspirasi Gaya (lookbook, OOTD)
- Edukasi Fashion (tips styling, cara mix & match)
- Behind The Scene (proses produksi, cerita brand)
- Promo & Penawaran (launching, diskon, bundling)
Menggunakan content themes, kamu bisa menjaga konsistensi brand sekaligus membuat audiens terbiasa dengan topik yang kamu bahas.
3. Buat Content Pillar
Setelah menentukan tema, susun content pillar. Ini adalah kategori utama yang mendukung strategi marketing kamu.
Contoh untuk bisnis F&B:
- Edukasi: Tips sehat, info bahan makanan
- Inspirasi: Resep, menu rekomendasi
- Promosi: Promo harian, event khusus
- Brand Story: Kisah chef, nilai brand
Penting diingat, content pillar sebaiknya mengikuti objektif bisnis. Misalnya, jika objektif kamu adalah brand awareness, maka pilar edukasi dan brand story sebaiknya lebih dominan dibanding pilar promosi.
4. Tentukan Content Mix
Kemudian, tentukan content mix, yaitu proporsi dari setiap format konten.
Contoh proporsi:
- 40% Edukasi (artikel, carousel tips, video how-to)
- 30% Hiburan / Storytelling (reels lucu, behind the scene)
- 20% Promosi (produk baru, diskon)
- 10% Interaksi (polling, Q&A)
Dengan cara ini, konten kamu akan lebih seimbang dan sesuai dengan preferensi audiens. Selain itu, kamu bisa menyesuaikan proporsi berdasarkan hasil insight media sosial.
5. Susun Content Calendar
Terakhir, buat kalender konten.
- Gunakan tools seperti Google Sheets, Notion, Trello, atau Hootsuite.
- Cantumkan detail penting:
- Tanggal publikasi
- Platform
- Judul/ide konten
- Format (video, carousel, artikel)
- CTA yang digunakan
Selanjutnya menyusun content calendar, kamu bisa menjaga konsistensi posting, menghindari kebingungan last-minute, dan memaksimalkan momen penting seperti seasonal campaign atau event bisnis.
Kesimpulan
Membuat content calendar bukan sekadar menulis jadwal posting. Proses ini dimulai dari:
- Menentukan objektif agar arah konten jelas
- Memilih content themes yang sesuai audiens
- Menyusun content pillar untuk mengelompokkan ide
- Mengatur content mix supaya format konten seimbang
- Menggabungkan semuanya dalam content calendar agar eksekusi lebih teratur
Dengan mengikuti alur ini, kontenmu akan lebih terarah, konsisten, dan mendukung tujuan bisnismu secara maksimal.
Leave a Reply